Minggu, 10 Oktober 2010

Kepemilikan Perusahaan

(kesimpulan) Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan 1) Aktivitas pencarian dana (financing decision) dan 2) Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost diantaranya adalah, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan (insider ownership) atau kepemilikan manajerial oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Kedua, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investor-investor institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal.

Struktur Kepemilikan

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kesemua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Kepemilikan Manajerial

Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.

Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi oleh dua alasan, yaitu : 1). Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer bawah dan menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri sebagai karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan lebih dari wewenang untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya), 2). Ukuran perusahaan yang semakin besar memberikan keamanan pekerjaan atau mengurangi kemungkinan lay-off dan kompensasi yang semakin besar. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan.

Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.

Agency problem bisa dikurangi bila manajer memepunyai kepemilikan saham dalam perusahaan, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka akan baik kinerja perusahaan. Kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya oportunistik manajemen akan meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham manajerial dapat mencegah tindakan opportunistic manajer. Hubungan antara kepemilikan manajerial dengan discretionary accruals. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan discretionary accruals.

Penelitian yang menguji hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan discretionary accrual. Hasil penelitian tersebut juga manyatakan bahwa kualitas laba meningkat karena kepemilikan manajerial tinggi.

Kepemilikan Institusioanal

Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:

1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.

Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikasi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar.

Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Dalam waktu yang sama, biaya untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan menjadi semakin mahal karena adanya resiko saham akan terjual pada harga diskon. Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengoreksi semua perilaku manajer dan memperpanjang jangka waktu investasi.

Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah pengawasan manajer. Dengan demikian, dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer.

Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.

Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih professional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka memiliki tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan manajemen laba. Secara singkat dapat dikatakan institusional dengan manajemen laba mempunyai hubungan negatif dimana semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh korporasi maka semakin kecil kemungkinan terjadi manajemen laba.

Kajian Penelitian

Apakah karakteristik komite audit dan dewan komisaris berhubungan dengan manajemen laba? Penelitian pada 692 perusahaan besar di Amerika Serikat yang diperdagangkan secara publik dan terdaftar dalam SP500 31 maret 1992 dan 1993 dengan mengadakan pertemuan tahunan shareholder antara 1 juli 1991 dan 30 juni 1993, memberikan suatu kesimpulan bahwa perilaku earnings manipulation yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat tergantung dengan karakteristik dewan direksi dan jumlah komite audit yang dimiliki oleh perusahaan.

Pegaruh proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap manajemen laba. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (a) Proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh dengan arah negatif secara signifikan dengan aktivitas manajemen laba, ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit mampu megurangi aktivitas manajemen; (b) Pengaruh dari kepemilikan manajerial dan institusional terhadap aktivitas manajemen laba secara statistis dapat didukung namun dengan arah positif bukan negatif; (c) Variabel auditor terbukti secara signifikan dapat mengurangi aktivitas manajemen laba, dan (d) variabel laverage mempunyai pengaruh dengan arah positif dan signifikan dengan aktivitas manajemen laba.

Prediksi adanya interaksi antara pangsa pasar, kepemilikan institusional dan laverage dengan manajemen laba. Penelitian tersebut megobservasi 81 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Hasil penelitian tersebut secara empiris menunjukkan pangsa pasar saja yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

Menguji pengaruh dari mekanisme corporate governance seperti yang disyaratkan oleh Bapepem dalam Bursa Efek Jakarta. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta di tahun 2002-2004 sebesar 44 perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komite audit dan kepemilikan institusional dapat berperan sebagai mekanisme good corporate governance dalam membatasi manajemen laba. Sedangkan untuk kepemilikan manajerial dan komisaris independen tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance. Hasil lainnya menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi yang lebih sedikit dapat menciptakan mekanisme good corporate governance yang lebih baik.

Penelitian pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan CEO. Hasil penelitiannya menunjukkan (1) Kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme corporate governance pada perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO), karena hubungan antara kepemilikan manajer dengan manajemen laba berhasil diterima yaitu bahwa manajemen laba yang dilakukan pada periode sebelum Seasoned Equity Offering (SEO) mempunyai hubungan negatif dengan kepemilikan manajerial. Semakin tinggi saham yang dimiliki oleh manajemen semakin rendah tingkat manajemen laba yang mungkin dilakukan; (2) Earnings management mempunyai hubungan negatif dengan kepemilikan institusional, bahwa kepemilikan saham oleh intitusi dapat menjadi kendala bagi perilaku opportunistic manajer yang memanfaatkan earnings management untuk kepentingan pribadinya.

Pengaruh manajemen laba terhadap return saham perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel aliran kas operasi, akrual diskresioner, akrual non diskresioner dan interaksi antar variabel akrual diskresioner dengan KAP non Big- 5 secara statistik berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Sandra (2004) menemukan bahwa audit laporan keuangan tidak untuk mendeteksi terjadinya manajemen laba, tetapi audit dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Ardiati, Aloysia Yanti, 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP non Big 5, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 8 No. 3, September 2005.

Ariyoto, Kresnohadi, dkk, 2000, “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usahanya,” Usahawan, Oktober, No. 10 Tahun XXIX.

Boediono, 2005, “Kualitas Laba Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur,” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Solo.

Choutrou S. Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau, 2001, “Corporate Governance and Earnings Management,” National Bereau of Economic Research, Working Paper.

Daniati, Ninna, Suhairi, 2006, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006, Padang.

Darmawati, Deni, 2003, Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu Studi Empiris, Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol. 5 No. 1, April 2003.

Faisal, 2004, Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Fidyati, Nisa, 2004, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO). Kompetensi, Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntasi Vol. 2 No. 2. Juni 2004.

Gumanti, Tatang Ary, 2000, “Earnings Management : Suatu Telaah Pustaka,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, Vol. 2 No. 2.

Healy, P. M. dan J. M. Wahlen, 1998, “A Review of The Earnings Management Literature and Its Implication for Standard Setting,” Working Paper.

Jensen, M. C. and W. H. Meckling, 1976, “The Theory of The Firm : Manajerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure,” Journal of Financial and Economics, 3 : 305-360.

Klien, A, 2002, “Audit Committee, Board of Director Characteristic and Earnings Management,” Journal Accounting and Economics, 33 : 375-400.

Mahmudi, 2001, Manajemen Laba (Earnings Management) : Sebuah Tinjauan Etika Akuntansi, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 3, No. 2, Agustus 2001.

Mangku, I Ketut, 2002, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earnings Ratio Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta,” Janavisi Vol. 5 No. 2.

Mardhiana, Lina, 2006, Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Market Value Terhadap Return Saham. Skripsi-UNDIP (tidak dipublikasikan).

Meutia, Inten, 2004, Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3. September 2004

Nuswantara, Dian Anita, 2004, The Effect of Market Share and Leverage Interaction Toward Earnings Management Practices. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi, Desember 2004, Denpasar.

Putri, Imanda, Firmantyas, 2006, “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori Keagenan,” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX, Agustus 2006, Padang.

Siallagon, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud, 2006, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi, Agustus 2006. Padang.

Saiful, 2004, Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Kinerja Return Saham di Sekitar IPO, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, NO. 3, 2004.

Salno, Hanna Meilani dan Zaki Baridwan, 2000, “Analisis Peralatan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, Vol. 3 No. 1.
Sandra, Dessy dan Indra Wijaya Kusuma, 2004, Reaksi Pasar Terhadap Perataan Laba dan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Scott, R. William, 2000, Financial Accounting Theory, 2nd Edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario.

Siregar dan Utama, 2005, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management),” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Solo.

Surifah, 2001, Study Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. JAAI Vol. 5 No. 1, Juni 2001.

Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2006, Penerapan Good Corporate Governance, LKPMK Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Swandari, Fifi, 2004, “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Tingkat Risiko Bank Umum di Indonesia Sebelum Krisis Keuangan,” Kompetensi Vol. 2 No.2.

Syakhroza, Akhmad, 2003, Teori Corporate Governance, Usahawan No. 08 Th. XXXII Agustus 2003.

Tri Gunarsih, 2003, Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance, KOMPAK, No. 08 Mei – Agustus 2003.

Wedari, Linda Kusumaning, 2004, Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember 2004, Denpasar.

Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Manajement Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, November 2001.

Say kutipan ini saya amabil dari web yang berada di bawah ini
http://www.kesimpulan.com/2009/04/struktur-kepemilikan-perusahaan.html

2 komentar:

  1. saya mau nanya kenapa terkadang ada penelitian yang menghasilkan bahwa kepemilikan manajerial itu tidak berpengaruh terhadap manajjemen laba, bisakah dijelaskan?

    BalasHapus
  2. Pak saya mau tanya, suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi atau rendah itu patokannya berapa lebih/kurang dari berapa persen ya pak? Terimakasih

    BalasHapus